menulis dapat membantu pengetahuan saya sebagai pengalaman belajar maupun
yang hanya sekedar hal-hal sepele sering terjadi namun terkadang menjadi suatu
hal yang penting untuk di tulis. Dari sini lah saya mencoba untuk dapat
membumikan apa saya terpikirkan oleh saya dan yang telah dilalui.
Seperti tokoh nasional yang tak pernah unjuk gigi pada
buku pelajaran sekolah yaitu Ibrahim Datuk Tan Malaka, berkata bahwa “suara
saya akan lebih keras dari dalam kubur” itu berarti bahwa sampai kapanpun
tulisan tak dapat digantikan oleh apapun melainkan apaupun yang tak tertulis. Dari
tulisan ini menjadi bukti nyata, ketika diri kita yang tak bisa menguraikan
sesuai hal dan tidak dapat menjelaskannya dengan lidah yang terkadang tidak
bisa berkompromi dengan hati. Dan pada akhirnya pikiran sebagai akomodator
diantara keduanya merasakan kebimbangan untuk dapat memilih diantarnya. Yang pada
akhirnya tulisan ini merupakan solusi yang tepat pada saat hati dan lidah tidak
berkompromi dan selaras untuk dapat mengutarakannya. Sulitnya, kooperatif
diantara kedua adalah jadi masalah utama yang tak terselesaikan. Lidah berkata
lain tidak sesuai dengan hati, dan hati tidak dapat bertoleransi dengan lidah pada
saat adahal yang tak perlu dikerjakan oleh lidah itu sendiri. Tepatnya kita
mengatuhui solusi yang tepat namun menyelaraskan keduanya adalah suatu hal yang
sulit dilakukan oleh siapapun. Terkecuali adalah orang-orang yang sudah
mencapai puncak jika dapat dianalogikan melalui sebuah pegunungan.
Banyak dari sebagian orang masih berada pada proses
perjalan untuk dapat mencapai puncak itu. Perlu konsistensi, kesungguhan dan
intensitas untuk dapat mencapai puncak. Sudah naik menuju puncak terkadang
lelah untuk melanjutkan perjalanannya. Istirahat sejenak untuk dapat
melanjutkan perjalanan, akan tetapi yang terjadi adalah seringkali kita asik dengan istirahat ketimbang
melanjutkan perjalanan itu. Rasa nyaman adalah masalah, karena perlu kerja
keras untuk mencapainya. Semakin lama kita istirahat makan semakin lama kita
akan mencapai puncaknya. Semakin tinggi kita berada, akan semakin jauh dari garis
start. Akan semakin sulit perjalanan yang akan kita lalui, karena rasa lelah yang
dirasakannya. Menoleh kebelakang untuk melihat garis start adalah suatu hal
yang mudah karena kita hanya tinggal turun ketimbang kita harus naik ke atas
yang sulit untuk melihat garis finish. Perlu semangat yang tinggi, kerja keras
untuk dapat mencapainya. Dilematisnya jika kita melihat seseorang yang masih
berada dibawah. Dan beranggapan bahwa tak perlu cepat untuk mencapainya karena
masih banyak yang berada dibawah dan lebih baik berjalan bersama untuk
mencapainya. Dari sini, adahal yang perlu diperhatikan. Apakah pada saat kita
berjalan atas kesepakatan kelompok atau individu? Jika atas kesepakatan
kelompok maka penting untuk mencapai bersama-sama. Akan tetapi jika individu
maka tak penting untuk melakukan perjalanan dengan menantikan orang lain yang
ada disekitarnya. Karena pencapaian itu akan dirasakan oleh dirinya sendiri
bukan orang lain ataupun kelompok. Sepertinya yang dikatakan oleh grup musik slank
melalui sebuah lagu yang berjudul “slow but sure”. Solusi yang tepat untuk
dijadikan motivasi dasar dalam menjalankan perjalan yang tak terukur oleh
meteran. Atau pun “do the best” adalah kata mutiari yang menginspirasikan. Kata
yang disampaikan oleh seseorang yang terbelenggu hingga kini dan menjadi
prinsip dalam melakukan segala hal. Sudah pasti yang terbaik adalah suatu hal
yang baik yang akan berdampak baik, seberapa besar dan kecilnya kebaikan itu
adalah hal baik. Penilaian baik dan kurang baiknya adalah hasil. Karena dengan berusaha
belum tentu pasti akan dapat mencapainy. Parameter usaha adalah bervarian. Usaha
kecil, menengah atau tinggi. Sama halnya lembaga pendidikan seperti, SD, SMP,
SMA hingga perguruan tinggi. Ketika melakukan sesuatu hal pastinya perlu usaha,
namun dalam prosesnya usaha itu sendiri. Ada pendukung dan penunjang untuk
dapat mencapainya. Namun terkadang kita berhenti sesuai dengan kekuatan yang
kita miliki dan belum tentu maksimal. Berbeda dengan usaha yang terbaik, sudah
tentu pastinya bahwa dalam kondisi apapun dia sudah barang tentu memaksimalkan dengan
segala kekuatan dan dukungan yang ada.
Banyak hal yang telah kita alami dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak rasa yang telah kita alami, dan banyak bau yang tercium
oleh siapapun dia. Yang kadang rasa bau yang tercium oleh orang lain dapat
dinikmati jika baik untuknya, dan tak akan dapat diterima ketika rasa bau tidak
sesuai dengan seleranya. Minimal, apapun yang orang lain rasakan bau itu, hanya
melalui tulisanlah bahwa kita dapat meluruskan dan memaparkan sebuah rasa dalam
diri yang mengakibatkan bau itu dapat dinikmati ataupun tidak. Pentingnya adalah
bahwa penjelasan itu sebagai proses pemaham rasa untuk orang lain. Masalah orang
lain dapat simpati atau tidaknya adalah nomor dua, akan tetapi pemahaman akan
suatu hal adalah nilai yang tak dapat tergantikan. Pastinya diri kita selalu
menikmati apapun bau yang tercium oleh kita, walau pun kita pasti punya
penilaian sendiri tentang itu. Orang lain pastinya punya penilaian tentang
apapun yang tercium olehnya.
Karena sampai kapanpun itu semua merupakan proses
perjalanan hidup yang telah dilalui dan dialami yang pastinya orang lain tak
akan bisa merasakannya. Pengalaman yang tak akan ternilai oleh materi, karena
waktu terus berjalan dan takan dapat mundur untuk mengulangi kedua kalinya. Baik
buruknya suatu hal yang telah dialami adalah suatu hal yang pasti semua orang
akan merasakan hal itu. Siapapun itu, baik pejabat tinggi sekelas presiden
maupun tukang cuci popok akan dapat merasakan itu semua. Dapat dikatakan buruk
jika ada suatu hal yang dapat diukur baik, begitupun istilah baik yang dapat
dikatakan baik bila ada suatu hal yang buruk.
Ciputat, 9 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar